Wisuda Online
Beberapa waktu lalu, aku baru aja diwisuda dari bangku kuliah. Meskipun udah dinyatakan lulus dari 2 bulan yang lalu, karena lulus dari kuliah itu apabila udah yudisium dan itu di bulan Juni kemarin. Wisuda ini adalah kayak pelantikannya gitu. Lumayanlah jarak antara yudisium sama wisuda ini. Tapi, beberapa temenku malah ada yang dari bulan Mei, bahkan April kemarin. Meskipun sebenarnya udah bisa pake gelarnya habis yudisium.
Mengakhiri studi perkuliahan dimasa pandemi ini bukanlah sebuah pilihan, tapi mau gak mau harus dijalani. Kalo disuruh milih, jelas sudah pasti jawabannya gak pingin diwisuda waktu pandemi kek gini dan sudah jela,s wisuda pinginnya adlaah secara tatap muka langsung atau offline. Tapi ternyata dunia berkata lain. Kami yang diwisuda bulan Agustus ini harus menjalanani wisuda secara daring atau online. Suka gak suka harus dijalani. Kalau harus nunggu sampai pandemi kelar, umur kami yang rugi, sedangkan tinggal proses wisuda aja, atau pelepasannya aja. Artinya juga, kalau kami menunda wisuda, banyak hal yang menjadi terlambat dan gak sesuai dengan “timeline” kehidupan masing-masing. Pasti setiap orang sudah punya rencanaya masing-masing dan sudah bersiap-siap menyambut “timeline” kehidupannya masing-masing itu.
Setiap hal yang terjadi pasti ada sisi positf dan negatifnya. Wisuda online kayak gini, kalau dilihat dari kacamata postiifnya, pelaksanaannya jadi lebih cepat. Kemarin aku wisuda aja gak ada satu jam. Bener-bener cepet. Kukira awalnya bakalan lama gitu. Kedua, wisuda bisa dilakukan di rumah masing-masing dan tentunya bisa berkumpul dengan keluarga. Biaya untuk nyewa kebaya, jas atau pakaian wisuda kek gitu mungkin gak terlalu besar.
Tapi, kalau dilihat dari kacamata negatifnya, pastinya dari mahasiswa yang wisuda ini pinginnya mengakhir masa perkuliahan dengan Bahagia dan dapat mengakhiri wisuda dengan keluarga besar rame-rame merayakan secara langsung di kampus. Perayaan yang bisa dibilang termasuk perayaan bagi orang-orang yang cukup beruntung dan diberi kesempatan karena dapat melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi dan dapat lulus juga dari perguruan tinggi. Sebuah pencapaian yang patut disyukuri. Perayaan yang mungkin sekali seuumur hidup, yang seharusnya harus dirayakan dengan Bahagia. Berbeda cerita lagi kalau lanjut pendidikan lagi ke S-2 atau S-3.
Hawa atau perasaan wisuda kemarin ya menurutku memang biasa-biasa aja. Masuk zoom, duduk sejam, kelar, udah. Ya memang seperti itu wisuda di masa pandemi. Yang pasti, setiap kampus memiliki cara wisuda masing-masing. Ada yang nama wisudawannya ditampilkan, ada yang pake video ketika namanya dipanggil. Seolah-olah kayak wisuda pada umumnya ketika dilakukan secara tatap muka, akan tetapi ini dilakukan secara jarak jauh. Wisuda yang seperti itu sudah jelas berhari-hari, entah 2 hari atau 3 hari karean nama wisudawannya dipanggil atau ditampilkan satu-satu. Biasnaya. Juga didampingi orang tua.
Berbeda cerita ketika harus wisuda di tanah perantauan sehingga di kanan kiri kita gak ada yang damping dan hanya sendirian menatap laptop. Mungkin orang tua tetap lihat proses wisudanya tapi gak di zoom, biasnaya disiarkan juga di YouTube yang bisa ditonton oleh umum.
Kondisi pandemi ini memang mengharuskan sesuatu yang dulunya dilakukan secara tatap muka mau gak mau harus dilakukan secara daring atau online. Tidak terkecuali prosesi wisuda ini. proses penutup kegiatan mahasiswa selama di bangku perkulihan. Tetapi setidaknya, merasakan masa-masa ketika mahasiswa baru dalam kegiatan ospek yang dapat dilakukan secara langsung tatap muka. Berbeda, dengan mahasiswa baru yang masuk tahun 2020 dan 2021 ini yang mau gak mau mereka harus merayakan kelulusan dari SMA secara online dan memasuki perkuliahan secara online juga termasuk saat ospek.
Semua ada kelebihan dan kekurangannya, positif dan negatifnya. Semua harus menyesuaiakan kondisi yang ada demi tetap berlangsungnya kehidupan. Dan akhir kata, meskipun harus wisuda secara online, tapi mau gak mau harus dijalani karena kehidupan terus mengalir dan itu berarti memulai memasuki dunia yang baru setelah dunia perkuliahan.
Terima kasih, salam Pak-RW.