Konser
Menonton konser mungkin bagiku hanya bisa lewat televisi. Jarak yang jauh dan juga harga tiket yang lumayan, menjadi penghalang itu semua. Dan mungkin satu hal, kurang tertarik nonton karena belum banyak lagu yang hafal. Kalaupun hafal hanya beberapa bait saja. Tetapi, hal ini mulai perlahan hilang ketika nonton konse untuk pertamanya yaitu for Revenge, band Indonesia. Ya cuma konser skala kecil dan indoor, pas itu waktu bulan puasa, konsennya malam hari dan dalam rangka jadi pengisi acara expo clothing kalo gak salah.
Sejak dari itu, beberapa konser yang aas dengan aadwal libur ku kerja dan lagunya ngerti, coba berusaha ku tonton. Mulai dari konser yang di indoor tadi dengan beberapa penampil, konser indoor tour suatu band, konser semacam festival di lapangan dan konser tour dari band di stadion. Menurutku, sejauh ini, tipe-tipe konser ya hanya itu. Indoor atau Outdoor dan festival ataupun tour. Apalagi kalau konsernya deket rumah, band yang ku ketahui, dan pas jadwal libur kerja, kemungkinan besar pasti kutonton. Yang jauh aja sempet ku tonton, apalagi yang dekat rumah. Ya meskipun biaya yang dibutuhi lumayan untuk sekali konser, mulai dari tiketnya sampe berangkat dan pulang ke rumah lagi.
Tapi ada hal yang menurutku gak bisa dinilai pake uang. Mungkin kalau ini berlebihan silahkan, tetapi namanya pendapat pribadi. Hal-hal seperti pengalaman, atmosfer konser dapat kenalan baru, mungkin itu yang gak bisa dinilai pake uang. Ketemu banyak budaya masing-masing orang dalam satu waktu dan satu tempat. Hal yang gak bisa kita menyalahkan orang dalam hati “oaang itu kok gini, orang itu kok gitu” Itulah budaya. Budaya yang masing-masing orang yakini. Justru dengan kondisi seperti itu, wawasan kita semakin terbuka. Bukan berarti membenarkan budaya yang diyakini oleh masing-masing orang, tapi menurutku pribadi, asalkan dan selama mereka tidak mengganggu kita, it’s okay.
Lain cerita ketika mereka berbuat onar ataupun sejenisnya. Apakah itu aka menghilangkan budaya lokal sendiri ? Menurutku belum tentu, karena satu hal yang perlu dipedomani, dimanapun berada, jangan lupa dengan asal kira dari mana. Aku hidup di negara yang menganut budaya timur. Beberapa hal mungkin berbeda. Kuncinya adalah saling menghargai perbedaan, karena perbedaan itu indah, bukan malah menimbulkan perpecahan.
Selain adanya pertukaran budaya secara tidak langsung di situ, hal yang mungkin bisa kupelajari setiap adanya konsernya adalah manajemen keramaian yang ada agar tidak terjadi keributan yang bis merusak jalannya acaranya. Dua konser internasional yang pernah kuikuti, dalam hal manajemen keramaiannya cukup rapi dan itu dua promotor konser yang berbeda juga. Mereka mengatur ribuan manusia sedemikian rupa sehingga konser dapat berjalan dengan rapi, tertib,dan tepat waktu.
Tidak mudah untuk mengatur manusia dalam jumlah ribuan bahkan puluhan ribu dalam satu waktu dan satu tempat sekaligus dengan latar belakang yang berbeda-beda. Sisi humanis dan tegas harus sama-sama beriringan untuk tetap disegani oleh penonton. Contoh kecil adalah, melarang sesuatu dengan tetap tersenyum tetapi tegas, adalah hal yang keiika melakukannya dengan cara tegas saja mudah. Tetapi, apa penilaian publik jik hal itu dilakukan. karena menurutku mereka itu sifatnya adalaa melayani, bukan hanya mencari keuntungan. Menjadi pelayan itu tidak muda, apalagi untuk membuat orang yang kita layani merasa respect dengan kita.