Dengarkan atau Abaikan

Dengarkan atau Abaikan

5 February 2023 Cerita 0

Usia mendekati umur 25 tahun, semakin banyak beban pekerjaan, keluarga, sosial, dan mulut-mulut tetangga yang ribut setiap harinya. Dimasa-masa yang masih belum menemukan sang ratu ini untuk menjalani kehidupan bersama, beberapa omongan tetangga yang menyuruh untuk menyegerakan. Ditambah story-story WhatsApp, Twitter, Facebook atau Instagram yang mulai banyak tentang orang nikah dan lamaran. Ada sedikit rasa iri melihat mereka sudah memiliki sang ratu untuk menjalani kehidupan bersama. Ya meskipun masih pada tahap menaruh rasa satu sama lain dan tentunya rasa itu terbalaskan. Belum benar-benar mengikat janji untuk hidup bersama.

Ada tetangga yang dari waktu kuliah dulu ditanya “Sudah punya pasangan belum? Mau cari pasangan orang mana? Kalau bisa orang sini saja lahh, biar dekat. Bikin rumah di daerah sini saja.”

Ohh Shh**t. Kenapa jadi kayak diatur seperti ini. Ucapan yang seperti mengharuskan semuanya terpenuhi yang semata-mata untuk menyenangkan omongan tetangga itu. Bukan begitu konsepnya. Emang yang dibilang itu ada benarnya juga, lebih dekat dengan keluarga, lingkungannya yang sejauh saya liat memang enak, untuk jangka panjang juga oke sepertinya. Tapi perkataan tersebut seperti mengekang dan dengan nada seperti ancaman. “Pokoknya, pokoknya.” Sudah susah orang kalau sudah keluar jurus “pokoknya” itu.

Terbayang untuk membuat rumah di daerah tersebut, karena suasana, lingkungan, fasilitas, bisa dibilang memadahi. Kalau kalau untuk mencari sang ratu dari daerah tersebut, seperti harus berpikir dua kali bahkan beberapa kali, karena yang dicari ternyata sudah ada dengan yang lain yang memang dikagumi dari pertama bertemu dalam sebuah acara. Ternyata sudah menaruh rasa dengan orang lain

Tentunya, beberapa calon nama muncul diotak, mulai dari teman lama sampai yang baru kenal. Beberapa nama yang muncul itu hampir sebagian besar sudah menaruh rasanya dengan orang lain dan saling terbalaskan. Sebagian kecilnya masih menutup dirinya untuk belum membuka rasanya dengan orang lain. Nah yang begini yang masih belum dapat celahnya biar bisa terbuka. Semakin lama bekerja, semakin sempit pertemanan dan semakin banyak orang-orang baru yang dijumpai sebagai rekan kerja, bukan sebagai teman untuk saling berbagi. Tapi, biasanya dari situlah hati yang baru, yang siap menerima, siap membuka untuk diberi ditemukan. Entah dari dikenalkan dengan teman kerja atau ada suatu urusan pekerjaan bersama.

Tapi bisa dibilang yaa persentasenya gak terlalu besar. Ada juga yang daripada susah untuk menemukan hati yang baru ditempat kerja, memilih untuk mencari dengan teman sekolahnya dulu atau teman kuliah. Dan pastinya, mereka sudah bertransformasi dan berbeda ketika bertemu di waktu lalu. Pasti sudah banyak perubahan yang terjadi dengan orang-orang itu, mulai dari penampilan, cara berpikir, cara dia memandang dunia, pasti sudah berbeda dengan yang dulu. Semakin banyak pengalaman, ilmu, kejadian dan cerita yang didapatkan yang membuat itu berubah.

Perlahan saya pun harus melakukan beberapa cara untuk bisa mencapai target yang diinginkan dan rencana yang sudah dibuat. Mencari teman lama, dari teman baru dikenal, ataupun menunggu sang ratu yang masih bersama orang lain itu, yang memang sudah kenal dari lama, entahlah. Entahlah, apapun itu, yang terpenting bisa sesuai dengan rencana. Dan satu harapan terbesar tentunya adalah dengan sang ratu tersebut (yang sudah berbeda saya memandangnya dari berbagai sisi) meskipun bukan dari daerah yang disebutkan diawal. Tetapi perihal tempat nantinya masih bisa dibicarakan.

Dilema yang beberapa teman saya alami juga, semakin tidak muda lagi kita dan jangan sampai terlena dengan pekerjaan karena ada satu ibadah panjang yang menanti untuk dilalui bersama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *