Catatan Kecil

Catatan Kecil

2 September 2020 Cerita 0

Sebuah catatan kecil yang gue buat waktu SMA. Dan secara tak sengaja catatan itu menyelip dalam suatu kertas yang gue bawa ke kota dimana gue kuliah. Dan saat itulah, gue membaca catatan tersebut yang sempat gue tulis waktu SMA itu.

 

“Seperti biasa, kegiatan gue sepulang sekolah adalah ngobrol-ngobrol bareng sahabat gue dan ngerjain tugas. Kalau sudah begini gak ingat waktu. Hal ini gue lakukan di taman kegiatan siswa.

Hari semakin sore dan hanya tersisa sepuluh orang di taman kegiatan siswa (kami bersepuluh ini adalah sahabat dari kelas sepuluh, beda kelas namun satu organisasi). Ketika jam menunjukkan pukul setengah enam sore, kami bersepuluh pulang. Ketika keluar dari sekolah, kami mampir dulu ke tempat makan dekat sekolah.

Kami di sana ngobrol-ngobrol lagi. Bagi kami, kalo setiap hari tidak ngobrol bareng itu gak asik. Ketika kami semua selesai makan dan mau pulang, tiba-tiba ada satu peristiwa yang diluar perkiraan dan gak kami duga.

Salah satu cowok dari kami bersepuluh mengutarakan isi hatinya kepada salah seorang dari kami bersepuluh yang bernama Ina. Ina adalah seorang cewek yang juga gue suka namun gue belum bisa mengutarakannya.

Pada saat kejadian itu terjadi, hati gue berasa gak karuan. Karena cewek yang gue suka sejak lama begitu saja ditembak oleh seorang yang merupakan sahabat gue sendiri dan satu organisasi.

Meskipun tampak luar gue mendukung sahabat gue ini jadian sama Ina, tapi tampak dalam gue berbeda dari itu dan gak karuan. Gue lihat detik demi detik kejadian ini.

Proses ini berjalan cukup lama dan akhirnya Ina belum bisa menerima sahabat gue ini. Karena dia gak suka dengan sahabatku ini. Ina malah lebih sering ngobrol dengan gue setiap hari baik itu lewat sosmed maupun langsung.

Hari demi hari gue renungi kejadian itu dan ngambil pelajaran dan berusaha serta mencoba melangkah dari sahabat gue itu dan lebih jauh lagi.

Di hari Minggu, gue pergi dengan sahabat gue SMP dan berkonsultasi masalah ini dan dia ngasih cara-cara buat nembak seorang cewek. Karena kalau gue jatuh cinta diam-diam, percuma saja. gak ada hubungan yang pasti.

Gue mendapat banyak sekali ilmu dari sahabat SMP itu dan gue pahami lagi ilmu tersebut dan mencoba untuk menerapkannya.

Kebetulan sebentar lagi organisasi gue akan mengadakan kegiatan besar dan gue berusaha untuk memanfaatkan kesempatan ini.

Hari pelaksanaan kegiatan akhirnya tiba juga. Setelah kegiatan malam hari, gue menemui Ina dan gue beranikan untuk mengutarakan isi hati gue. Gue mencari tempat yang pas dan hanya gue sama Ina.

“Na, gue kan sering ngobrol dengan kamu dan kamu juga enjoy-enjoy aja dengan setiap topik yang gue bawa. Gue sebenarnya menganggumimu sejak kelas sepuluh. Gue serius sama kamu.”

“Serius gimana maksudmu, Dik?”

“Gue mau kamu gak hanya sahabatku saja, tapi lebih dari itu.”

“Hmmm, gimana ya. Sebenarnya aku juga suka kamu sejak kelas sepuluh. Tapi gue  masih cari momen yang pas buat ngutarain ini. Gue tolak sahabatmu beberapa waktu lalu itu karena gue anggap dia gak cocok sama gue.”

“Jadi??”

“Ya, gue juga mau serius.”

Setelah kalimat terakhir dari Ina, kami saling pandang dan tersenyum. Setelah itu kami berdua kembali ke tempat istirahat dan waktu di tengah jalan, ada seorang kami yang secara gak sengaja ngliat dan denger kejadian ini dan mengucapkan selamat kepadaku dan Ina.

Gue juga ‘gak’ nyadar kalau ternyata ada teman gue yang liat kejadian ini. Paginya sekitar jam lima, kami panitia ada kumpul sebentar dan isinya menurut gue ‘gak’ penting, yaitu ucapaan selamat buat gue dan Ina.

Spontan aja, kami berdua saling senyum karena hal dalam waktu yang singkat bisa menyebar ke teman-teman gue. Saat itu, gue lihat wajah dari sahabat gue yang beberapa waktu lalu sempat nembak Ina namun ditolak. Wajahnya agak kusam, berminyak (kok kayak iklan ya) melihat kejadian ini.”

 

Saat gue membaca kembali kejadian ini dan gue cuma bisa tersenyum-senyum karena mengingat suasana saat itu yang sederhana tapi meriah. Sampai saat ini gue masih bersama Ina, sering ngobrol bareng, sering makan bareng, dan sering jalan bareng. Meskipun kami berdua sudah kuliah semua, tapi hubunganku masih berjalan dan gue ngrasa malah semakin dekat. Gue sama Ina kuliah di kota yang berbeda tetapi gue masih menyempatkan pulang hanya untuk bertemu dengan Ina.

Terkadang gue sebulan sekali main ke kota dimana Ina kuliah. Meskipun gue menjalani hubungan yang jauh, tiap hari kami selalu berkomunikasi.

“Jika menaruh perasaan dengan seseorang, utarakan saja perasaan itu. Entah manis atau pahit yang akan diterima dari balasan orang yang diinginkan. Setidaknya, pernah mencoba dan mengungkapkan apa yang mengganjal dalam diri. Jangan sampai menyesal karena tidak berani mengutarakan isi hati dan orang yang ditaruh perasaan itu sudah bersama orang lain.”

“Janganlah menjadi orang yang jatuh cinta diam-diam. Cari waktu yang tepat, lalu utarakanlah”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *